Selasa, 21 September 2021

Contoh Fenomena Sosial yang Mencakup Empat Tipe Manusia dalam Kehidupan Sehari-hari.

Tahukah kalian bahwa ada empat tipe manusia dalam kehidupan ini? 

Lalu, apa saja?

(Pertama), manusia yang tahu dan tahu bahwa dia tahu.
(Kedua), manusia yang tahu dan tidak tahu bahwa dirinya tahu. 
(Ketiga), manusia yang tidak tahu dan tahu bahwa dia tidak tahu. 
(Keempat), manusia yang tidak tahu dan tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu. 

Keempat tipe manusia di atas merupakan terjemahan dari kitab Ihy' `Ulmiddn, karya Abu Hamid Al-Ghazali. Dalam kehidupan ini, tentunya penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana keempat tipe manusia tersebut. 

Seperti ini penjelasannya. 

Pertama, manusia yang tahu dan tahu bahwa dirinya tahu. Dia ini adalah tipe ideal orang berilmu, yaitu menyadari dirinya mengetahui dan tidak ragu untuk mengamalkan ilmu pengetahuannya. 
Ini adalah jenis manusia paling baik, karena dia sendiri tahu bahwa dia berilmu, dan berusaha semaksimal mungkin agar ilmunya itu bermanfaat tidak hanya bagi dirinya, tapi bagi orang lain pula. 
Sebagai contoh, para 'alim 'ulama, yang selalu menyebarkan ilmunya, berharap dengan ilmu yang telah disampaikan, mampu mengubah orang-orang menjadi lebih baik lagi. 
Orang dengan tipe ini adalah jenis manusia unggul yang tidak membiarkan ilmu yang dimiliki nya berhenti begitu saja. 

Ilustrasi manusia yang tahu dan tahu bahwa dirinya tahu. 
                      Sumber : https://pin.it/1EjkOk9


Kedua, manusia yang tahu dan tidak tahu bahwa dirinya tahu. Orang dalam tipe ini termasuk ke dalam golongan orang yang lalai, dan harus diperingatkan. Pasti kita pernah menemukan orang jenis ini, dia sebenarnya memiliki potensi yang luar biasa, tetapi ia tidak tau kalau dia sebenarnya memiliki potensi. Dan, dia merasa keberadaan dia seakan tidak berguna. Sama saja dengan orang yang mengerti dan paham soal ekonomi, tetapi belum dan enggan untuk menerapkannya.

Sebagai contoh seseorang mengetahui apa arti kata sabar, bagaimana cara untuk bersabar. Namun, saat tertimpa masalah, ia tidak mampu menghadapinya dengan rasa sabar itu. Atau dalam kata lain, sebatas mengerti teori tanpa prakteknya.

Ketiga, manusia yang tidak tahu dan tahu bahwa dia tidak tahu. Menurut Imam Ghazali, jenis manusia ini masih tergolong baik. Sebab, ini jenis manusia yang bisa menyadari kekurangannya. Ia bisa mengintropeksi dirinya, berusaha, dan bisa menempatkan dirinya di tempat yang sepantasnya. Ia pandai, maka dari itu ia ingin mencari tahu apa yang ia tidak tahu. Dia belajar, karena dengan belajar, sangat diharapkan suatu saat dia menjadi orang yang berilmu, dan bisa sampai pada tingkat pertama. Terkadang, manusia seperti ini mengalami banyak kesusahan di dunia, tapi akan mendapatkan banyak kebahagiaan di akhiratnya. 

Contoh paling mudah adalah seorang siswa, mahasiswa, orang yang mengikuti kajian, orang yang mengikuti pelatihan, webinar, dan sesuatu dimana apabila dia mengikuti, maka dia akan mendapatkan ilmu.

Ilustrasi manusia yang tidak tahu dan tahu bahwa dia tidak tahu. 
                    Sumber : https://pin.it/7zVhcdD


Dan, yang terakhir manusia yang tidak tahu dan tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu. Ini adalah jenis orang yang paling buruk. Dia selalu merasa mengerti, selalu merasa tahu, dan selalu merasa memiliki ilmu. Padahal, ia tidak tahu apa-apa. Dan, manusia seperti ini akan susah diingatkan, ia pun akan membantah jika diingatkan, sebab dia merasa bahwa dia tahu. 

Orang dengan tipe ini tidak haus ilmu, sehingga bisa dibilang ia termasuk orang yang merugi. Pasti kita pernah menemui orang dengan sifat seperti ini. Rasanya memang susah untuk beradaptasi, karena dia hanya ingin bahwa dirinya dianggap tau dan dianggap paling benar.

Bahkan dalam kitab Ihy'Ulmiddn tercatat bahwa pengusiran adalah tindakan yang tepat terhadap orang bodoh yang tidak sadar tentang kebodohannya dan berlagak sombong dengan hal itu.
Pasti kita pernah melihat atau mendapati orang yang tidak bisa melakukan sesuatu hal, tetapi kemudian dia bersikeras melakukannya. Dan hasilnya mengecewakan, kemudian saat orang lain menegurnya, ia kemudian marah dan merasa dia sudah melakukan sesuatu yang benar dengan tetap melakukan hal yang sebenarnya tidak bisa dia lakukan. Hal seperti ini justru meresahkan. 

Nah, dari paparan tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa manusia dengan tipe pertama adalah yang paling ideal. Kita wajib untuk mengamalkan ilmu yang sudah kita miliki. 
Dan, apabila kita belum sampai pada posisi tersebut, minimal kita menjadi orang yang harus haus akan ilmu, seperti tipe yang ketiga. Dengan cara itu, pelan pelan membawa kita kepada tipe yang pertama. 

Demikian. Semoga bermanfaat!




Referensi : 

Literasi Komunikasi Pariwisata

Indonesia kaya dengan keindahan bawah lautnya. Banyak sekali spot spot diving yang tentunya mempunyai keunikan masing-masing. Si...