Sumber : Instagram/film_jelitasejuba
Beberapa film di Indonesia banyak melirik nilai budaya masyarakat sebagai unsur
atau bagian dari sebuah film. Ide cerita dengan mengangkat kearifan lokal
selaras dengan keadaan bangsa Indonesia yang memiliki beragam budaya. Film yang
kemudian, mengandung nilai kearifan lokal ini dapat menjadi alat untuk
melestarikan kearifan lokal itu sendiri. Salah satu dari penetasan ide tersebut
yaitu pada Film Jelita Sejuba. Film berdurasi 90 menit tersebut dirilis pada
tahun 2018 yang menceritakan tentang kisah perjuangan cinta yang memiliki
dinamika tersendiri. Disutradai oleh Ray Nayoan, film ini pernah menjadi film
dengan rancangan produksi terbaik.
Film tersebut mengenalkan beberapa nilai kearifan lokal diantaranya
mengenalkan kehidupan di Pulau Natuna, kepulauan terluar Indonesia.
Keindahan Pulau Natuna dan kehidupan didalamnya membuat film ini apik tidak
hanya dengan drama percintaan didalamnya, tetapi juga dengan kearifan lokal
Pulau Natuna itu sendiri.
Dengan menceritakan latar belakang budaya masyarakat Pulau Natuna, kearifan
lokal dalam film Jelita Sejuba ini diperlihatkan melalui banyak hal.
Masyarakat yang ada di Pulau Natuna menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa
kesehariannya. Melalui dibuatnya film Jelita Sejuba, membuat kearifan lokal
di Pulau Natuna ini dikenal.
Pertama, dari segi berpakaian. Film ini merepresentasikan bagaimana
kelokalan masyarakat Natuna yang berbudaya melayu. Pakaian pemeran laki-laki
dengan baju tanpa kerah serta dilengkapi dengan sarung untuk menutupi
celana, dengan posisi selutut. Kemudian pemeran wanitanya menggunakan baju
tertutup dengan berkerudung. Selain kearifan lokal pada pakaiannya, film ini
juga inginmenyampaikan bagaimana nilai moral yang ada dalam kearifan lokal
tersebut, tidak lain adalah mencerminkan orang Melayu yang senantiasa
menjunjung nilai kesopanan dalam berpakaian tertutup. Terlebih lagi,
masyarakat Melayu dikenal dengan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai
keagamaan dan kental dengan perilaku agamanya. Mereka menempatkan tata cara
berpakaian sebagai adab mereka.
Kedua, dari segi bahasa. Sebelumnya telah disinggung bahwa masyarakat Natuna
menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa kesehariannya. Dalam film Jelita
Sejuba ini, bahasa Melayu diangkat sebagai identitas dari masyarakat Melayu.
Penggunaan 80% bahasa tersebut menampilkan sebuah keunikan dalam film ini.
Ketiga, tempat tinggal masyarakat. Dalam film Jelita Sejuba, juga
memperkenalkan bagaimana pesona Pulau Natuna. Film ini menunjukan kehidupan
masyarakat Natuna yang tempat tinggalnya beradaa di pesisir pantai. Dari
film ini dapat dilihat bahwa kearifan lokal lain dari masyarakat Natuna
adalah dengan keadaan tempat tinggal mereka yang berdekatan, dan nilai dari
kearifan lokal tersebut adalah penduduknya yang dekat dan bersahabat.
Keempat, lagu atau musik. Film ini mencoba memperlihatkan kekentalan
masyarakat Natuna pada musik Melayu nya. Masyarakat Natuna begitu mencintai
musik daerah Melayu. Kepercayaan masyarakat Natuna, adalah bahwa musik
mengandung nilai-nilai luhur dan kebaikan.
Film Jelita Sejuba ini berhasil menggambarkan kearifan lokal yang ada pada
masyarakat di Pulau Natuna. Nilai-nilai tersebut mengiringi setiap alur
cerita yang ada dalam Film Jelita Sejuba. Banyak pula nilai filosofis yang
dapat kita simpulkan dalam film ini, salah satunya dalah penggunaan bahasa
Melayu, atau bahasa daerah mereka sendiri yang tetap dijunjung tinggi karena
itu adalah bentuk identitas.
Lalu, bagaimana saran pengembangan terhadap eksistensi nilai-nilai kearifan
lokal yang ada di era sekarang?
Pentingnya kesadaran terhadap eksistensi kearifan lokal daerah masing-masing
menjadi salah satu hal yang paling penting agar nilai-nilai kearifan lokal
tetap ada. Tanpa kesaran, masyarakat akan buta terhadap apa yang harus
dijaga, dan penting untuk dikembangkan. Kearifan lokal seharusnya tertanam
bukan pada masyarakatnya, tetapi pada masing setiap individu. Karna kearifan
lokal, adalah bentuk representasi dari budaya kelompok atau masyarakat
tertentu.
Hal yang tidak kalah penting lainnya adalah dengan membuat pendekatan secara
universal tentang sebuah nilai kearifan lokal. Karena kearifan lokal adalah
unsur yang tidak dapat dilepaskan dari sebuah identitas budaya dan bangsa
Indonesia. Salah satu pendekatan secara universal itu tadi adalah dengan
produksi film, agar nilai nilai kearifan lokal dapat diketahui masyarakat
luas, dan tidak hanya sebatas pada pengetahuan saja. Kita bisa memperkuat
dan mengembangkan eksistensi nilai-nilai kearifan lokal tidak hanya dengan
produksi film saja. Karena, dengan keadaan era sekarang ini, dunia tidak
lagi berbatas, kita dapat memperkenalkan nilai kearifan lokal suatu daerah
menggunakan media, yang mana selaras dengan fungsi media sebagai wadah
komunikasi yang efektif. Media tidak hanya dimanfaatkan sebagai sarana untuk
hiburan saja, tetapi bisa dimanfaatkan untuk mensosialisasikan kearifan
lokal, penanaman suatu nilai, bahkan propaganda hingga persuasi.
Kesadaran akan eksistensi dari kearifan lokal dinilai penting karena
seiringnya zaman, keyakinan masyarakat mulai pudar, dan jangan sampai
generasi berikutnya tidak memahami atau bahkan tidak mengenal nilai-nilai
kearifan lokal itu sendiri. Hal tersebut menjadi urgensi mengapa kita harus
sadar dan tidak berdiam diri. Itu dilakukan agar eksistensi nilai-nilai
kearifan lokal berkembang, lestari, dan tidak hilang.
Referensi :
Dedi Arman. 2018 . "Menjual" Natuna Lewat Jelita Sejuba. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/menjual-natuna-lewat-jelita-sejuba/
Hidayat D. dkk. 2019. Nilai-nilai kearifan lokal pada unsur naratif dan sinematik film Jelita Sejuba. Jurnal Unpad. Volume 3, No. 2, 2019, hlm. 113-125
kompasiana.com. 2018. Jelita Sejuba, Hadirkan Melodrama Cinta TNI dengan Kearifan Lokal Natuna. https://www.kompasiana.com/saepullahabuzaza/5ac3aa06bde57571f4354d93/jelita-sejuba-hadirkan-melodrama-cinta-tni-yang-berpadu-dengan-kearifan-lokal-natuna