Indonesia kaya dengan keindahan bawah lautnya. Banyak sekali spot spot diving yang tentunya mempunyai keunikan masing-masing. Siapa sangka bahwa nama Indonesia pernah menjadi pemenang dalam Best Scuba Diving Destination 2021 yang diumumkan dalam Dive Magazine.
Di era teknologi digital, media sosial memainkan peran dalam hal ini memperlihatkan keindahan-keindahan alam Indonesia. Namun, yg perlu diingat, literacy in tourism communication is not only about showcasing the beauty and charm of a destination.
Mengapa demikian?
Gambar tersebut jelas berbeda dengan gambar sebelumnya. Gambar tersebut awal dipublikasi oleh penyelam Inggris bernama Rich Horner di Nusa Penida, Bali. Gambar tersebut merupakan sisi lain yang belum pernah kita lihat sebelumnya, dan kemudian kita tahu dari dokumentasi orang lain di media sosial.
Bagaimana dengan yang ini?
Seorang peneliti yang sedang menyelam bersama hiu paus atau whale sharks di Teluk Cendrawasih, Papua.
Saat melihat gambar hiu paus tersebut, perasaannya sama ketika melihat foto pertama. Rasa kagum melihat bagaimana keindahan di alam bawah laut, kehidupan-kehidupan di alam bawah laut yang tidak diketahui, dan segala bentuk keanekaragamannya.
Kemudian berubah ketika melihat gambar di bawah ini
Gambar oknum polisi berdiri di atas bangkai hiu paus yang terdampar ini tentu sangat mengejutkan. Banyak sekali komentar orang-orang yang tidak senang atas foto tersebut.
Dari empat gambar yang telah disajikan, kebaikan dan keburukan semacam berdampingan, baik dalam kehidupan sosial maupun dalam teknologi digital. Data Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyatakan bahwa 70% wisatawan mencari informasi tentang destinasi wisata melalui mesin pencari di internet. Dan literasi komunikasi pariwisata, tidak hanya berbicara soal keindahannya saja tanpa memperhatikan masalah-masalah yang ada.
Seperti yang sudah dipaparkan terkait foto sampah yang didokumentasikan oleh penyelam, itu merupakan hal uang tidak terlihat sebelumnya.
Media sosial yang memainkan peran disini menjadi menarik dan informatif tidak melulu karena menyajikan informasi terkait keindahan-keindahan alam dan wisata-wisatanya, tetapi menjadi menarik dan informatif jika ternyata ada sisi lain yang perlu kita lihat. Kita lihat, kemudian kita cerna untuk kesadaran kita dalam upaya menjaga dan mempertahankannya.
Komunikasi pariwisata tidak hanya berbicara tentang keindahan dan daya tarik suatu destinasi, tetapi juga melibatkan upaya untuk menjaga lingkungan, kebersihan, dan kelestarian sumber daya alam.Hal ini penting untuk menciptakan pariwisata yang berkelanjutan dan memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat setempat dan wisatawan.